BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Komplikasi
pencabutan gigi banyak jumlahnya dan bervariasi, serta beberapa di antaranya
dapat terjadi meskipun sudah dilakukan tindakan sebaik mungkin. Respon pasien
tertentu dapat dianggap normal sebagai kelanjutan yang normal dari suatu
tindakan pembedahan, yaitui perdarahan, rasa sakit dan edema. Tetapi apabila
berlebihan, perlu dipikirkan lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa ataukah
komplikasi. Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah operasi,
dan jauh sesudah operasi
Perdarahan
mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena oleh dokter maupun
pasien dianggap dapat mengancam kehidupan. Pasien dengan gangguan pembekuan
darah sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penhyakit
hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima
terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau
agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan
Pembedahan
merupakan tindakan yang dapat mencetuskan perdarahan, untuk penderita dengan
kondisi yang normal, perdarahan yang terjadi dapat mudah ditangani. Hal yang
berbeda dapat terjadi apabila pasien mengalami gangguan sistem hemostasis,
perdarahan yang hebat dapat terjadi dan sering mengancam kelangsungan hidupnya
Bukanlah hal
yang tidak mungkin terjadi kita dihadapkan dengan kelainan hemostasis ringan
sehingga dalam evaluasi pra bedah tidak terdeteksi secara klinis. Kesulitan
kemudian timbul setelah dilakukan pembedahan, terjadi perdarahan selama ataupun
sesudah pembedahan sehingga dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karenanya
kelainan hemostasis sekecil apapun sebaiknya diketahui sebelum tindakan bedah
dikerjakan agar dapat dilakukan persiapan dan pencegahan sebelumnya.
I.2. Rumusan Masalah
1. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan tindakan ekstraksi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
perdarahan post ekstraksi?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami
perdarahan post ektraksi?
I.3. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan tindakan ekstraksi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada
terjadinya perdarahan post ekstraksi.
3. Mengetahui penatalaksanaan pasien yang mengalami
perdarahan post ekstraksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi pencabutan gigi1
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran
gigi dari alveolus, dimanan pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan
perawatan lagi.
Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang
melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang
dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh
gerakan lidah dan rahang.
Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan
tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap
jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna
dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.
Seorang dokter gigi haruslah mengusahakan agar setiap
pencabutan gigi yang dilakukannya merupakan suatu tindakan yang ideal. Untuk
mencapai tujuan tersebut dan menghindari komplikasi yang mungkin timbul pada
pencabutan gigi haruslah mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan
gigi.
II.2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi
Indikasi : 1
1. Gigi yang sudah
karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau
gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak
dapat dilakukan.
3. Periodontitis
apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus
dilakukan pencabutan.
4. Penyakit
periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang
alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior
atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau
patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah.
Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi
tulang.
7. Untuk perawatan
ortodonsi
8. Supernumerary
teeth
9. Gigi yang
merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah
trauma atau kerusakan.
10. Salah tempat dan
dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan
nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11. Gigi yang tidak
dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12. Gigi impaksi dan
gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
13. Gigi utama yang
tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral,
gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi
paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.
Kontraindikasi : 1
1. Apabila pasien
tidak menghendaki giginya dicabut
2. Pendarahan yang
tidak diinginkan
3. Alergi pada
anastesi local
4. Hipertensi jika
pendarahan tidak terkontrol
5. Diabetes yang
tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan
perawatan konservasi, endodontic dan sebagainya.
II.3. Definisi Darah dan Perdarahan1
Darah adalah cairan merah kental yang mengalir
sepanjang jantung dan pembukuh darah, membawa bahan makanan dan oksigen ke
semua jaringan tubuh dan produk buangan serta karbondioksida keluar dari
jaringan.
Pendarahan adalah keluarnya darah dari saluran yang
normal (arteri, vena, kapiler) ke dalam ruang ekstra vaskuler oleh karena
hilangnya kontinuitas pembuluh darah.
II.4. Komponen-komponen Darah2
Darah tersusun atas beberapa elemen dan
perubahan-perubahan dalam seluruh elemen-elemen tersebut harus diperhatikan.
Komponen-komponen darah tersebut memperlihatkan perubahan fisiologi dan
patologi atau keduanya yang merefleksi penyakit dalam system hemopoetik atau
sebagai hasil penyakit pada tubuh lainnya Adapun komponen-komponen darah
tersebut antara lain:
1. Plasma darah
2. Sel darah merah
(eritrocyte)
3. Sel darah putih
(leukocyte)
4. Keping-keping
darah (trombocyte)
II.5. Faktor
Koagulasi Darah2
Biasanya,
koagulasi darah diterangkan terjadi dalam empat tahap. Tahap I disebutkan
mengankut pembentukan tromboplastin, tahap II berhubungan dengan pembentukan
thrombin dari tromboplastin, tahap III terdiri dari konversi fibrinogen menjadi
fibrin, dan tahap IV mengangkut lisis gumpalan fibrin. Faktor-faktor koagulasi
lainnnya mungkin terlibat, tetapi perannyatidak dipahami dengan baik dan tidak
memberikan fungsi nyata dalam pola ini.
Oleh karena
penemuan-penemuan baru dalam hematologi, proses koagulasi sekarang dapat
dijelaskan lebih baik dengan memeperhatikan peranan kedua belas factor-faktor
koagulasi yang diketahui. Setiap factor umumnya dituliskan dengan angka romawi
dengan pengecualian pada protrombin dan fibrinogen.
Faktor-faktor
koagulasi darah lainnya:2
a. Fletcher factor
Faktor ini
merupakan suatu glikoprotein yang identik dengan prekalikrein. Factor XIIa
mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein. Sebaliknya, kalikrein berfungsi
sebagai umpan-balik yang positif bagi percepatan aktivasi F.XII
b. William factor
(Fitzgerald factor)
Faktor ini juga suatu glikoprotein dan dibutuhkan
sebagai ko-faktor dalam penyempurnaan proses aktivasi prekalikrein oleh F.
XIIa.
c. Von Willebrand
factor (cWF)
Factor ini
merupakan sub unit dari F.VIII yang akivitasnya diperlukan oleh trombosit dalam
proses adhesi.
II.6. Klasifikasi Perdarahan2
1. Menurut pembuluh
darah yang terluka
· Pendarahan
arterial : pendarahan dari pembuluh arteri. Tanda : warna darah merah terang.
Darah keluar dengan menyemprot dengan aliran yang intermitten, sesuai dengan
denyut jantung.
· Pendarahan vena,
pendarahan dari pembuluh darah vena. Tanda : darah mengalir dengan aliran yang
tetap. Warna darah merah gelap.
· Pendarahan
kapiler, ialah pendarahan dari pembuluh adarah kapiler. Tanda : keluarnya darah
merembes dari permukaan
2. Menurut waktu
terjadinya pendarahan
· Pendarahan
primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah
karena kecelakaan atau operasi. Di dalam pendarahan primer darah tidak berhenti
setelah 4 -5 menit sesudah operasi selesai.
· Pendarahan
intermediet, terjadi pdalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau setalah
operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan turun karena
semisyok. Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan membaiknya
pasien, inilah yang disebut pendarahan intermediet atau rekuren.
· Pendarahan
sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa hari setelah
kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan pembekuan darah
terbongkar diikuti infeksi.
3. Menurut
lokasinya
· Pendarahan
eksternal, keluar darah dari kulit atau jaringan lunak di bawahnya. Disebut
pendarahan tampak.
· Pendarahan
internal, darah yang keluar dan masuk ke dalam jaringan. Disebut
pendarahan yang tidak tampak.
4. Menurut
sebab-sebab terjadinya pendarahan
Penyebab dari pendarahan yang tidak normal bisa
terjadi karena mekanik atau biokemis.
· Pendarahan
mekanik
· Pendarah spontan
atau pendarahan biokemis adalah pendarahan yang terjadi akibat kelainan atau
gangguan mekanisme hemostatis, karena tidak normalnya elemen darah atau system
vascular yang dapat mencegah terjadinya pembuluh darah yang normal. Kelainan
ini dapat terjadi pada :
a. Pembuluh
darahnya (vascular)
b. Trombosit
(jumlah dan fungsinya)
c. Mekanisme
pembekuan darah
d. Gangguan pembekuan darah
Pendarahan terjadi karena dari dinding pembuluh darah. Sehingga dengan
adanya tekanan intravaskuler atau ekstravaskuler yang lebih besar dibandingkan
dengan retensi didnding pembuluh darah. Factor penyebab :2
a. Faktor congenital.
b. Kelainan
trombosit
c. Pendarahan oleh
gangguan pembekuan
Perkiraan
kecenderungan perdarahan adalah dengan menguasai berbagai macam bahaya
perdarahan sebelum melakukan tindakan pemudahan. Seorang operator harus
mengetahui riwayat kesehatan dan perawatan pasien atau apakah ada anggota
keuarga yang mepunyai kecenderungan pendarahan seperti mimisan. Selain itu
sebelum melakukan tindakan pembedahan harus diketahui apakah pasien sudah
mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup. Apabila pasien tidak memiliki
asupan gizi yang cukup maka operator harus mengintruksikan pada pasien untuk
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. 5
Untuk memperkirakan waktu perdarahan dapat diambil contoh darah dari jari
pasien dengan menggunakan Lanset. Darah harus keluar dengan bebas tanpa
ditekan. Setelah setengah menit, darah yang keluar dihapus dengan kertas filter
dan sebisa mungkin tidak menyentuh kulit. Waktu perdarahan normal biasanya
antara 1- 2 menit.5
II.7. Faktor Pembekuan Darah3
Faktor
|
Peranan pada Pembekuan Darah
|
Tes
|
I. Fibrinogen
|
Prekursor
fibrin
|
PT
|
II. Protrombin
|
Proenzim
diaktifkan oleh tromboplastin
|
PT
|
III. Tromboplastin
|
Diperlukan
untuk mengubah protrombin menjadi thrombin
|
-
|
IV. Kalsium
|
Diperlukan
pada semua tahap
|
PT
|
V. Proaccelerin
|
Prlukan
untuk pembentukan tromboplastin
|
PT
|
VI. Tidak lagi digunakan
|
-
|
-
|
VII. Proconvertin
|
Diperlukan
untuk mengubah protrombin menjadi thrombin
|
PT
|
VIII. Faktor anti hemofilik (AHF)
|
Diperlukan
untuk pembentuknan tromboplastin
|
PTT
|
IX. Komponen plasma trombo plastin
|
Diperlukan
untuk pembentukan tromboplastin
|
PTT
|
X. Faktor Stuart-prower
|
Diperlukan
dalam pembentukan tromboplastin dan perubahan dari protrombin menjadi trombin
|
PT
|
XI. Anteseden tromplastin plasma
|
Diperlukan
dalam pembentukan tromboplastin
|
PTT
|
XII. Faktor Hageman
|
Mengawali
proses pembekuan darah in-vitro
|
PTT
|
XIII. Faktor stabilisasi fibrin
|
Mengubah
fibrin menjadi polimer fibrin
|
PTT
|
Ada dua reaksi kimia yang terlibat dalam proses
pembekuan darah yaitu:
1. Prothrombin +
Thromboplastin + Kalsium = Thrombin
2. Thrombin +
Fibrinogen = Fibrin
Fibrin tidak larut dalam air sehingga dapat menahan
aliran darah. Hal ini dapat dilihat dari reaksi di atas yang melibatkan empat
komposisi yang esensial untuk mekanisme pembekuan: (1) Prothrombin,(2)
Thromboplastin,(3) Kalsium dan (4) Fibrinogen.5
II.8. Kontrol Lokal untuk Perdarahan
Suction dan penerangan yang baik merupakan persyaratan
utama bagi control local untuk perdarahan. Apabila bagian yang mengalami
perdarahan sudah ditemukan, lakukan anastetesi local supaya perawatan tidak
menyakitkan. Bekuan darah yang ada dibersihkan dan bagian tersebut dikeringkan
dan diperiksa. Apabioa perdarahan berasal dari dinding tulang, maka alveolus
diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau sponge kolagen
mikrofibrilar. 3
Sebelum melakukan prosedur pembedahan oral, sangat
penting untuk memahami berbagai faktor yang berpengaruh di dalam mengontrol
perdarahan. Tubuh manusia sendiri memiliki beberapa mekanisme untuk mengontrol
perdarahan. Ketika dilakukan pemotongan maka pembuluh kapiler yang kecil
cenderung untuk berkontraksi sehingga menutup aliran darah. Kemampuan darah
untuk mengalami koagulasi adalah faktor yang sangat penting,sehingga bekuan
darah dapat menyumbat ujung pembuluh yang dipotong. Efek faso kontriksi seperti
adrenalin,suprarenin,atau epinefrin atau faso kontriktor yang lain berpengaruh
dengan proses pembukuan darah. 5
II.9. Hematom3
Hematom adalah
perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Kadang-kadang
perdarahan sesudah pencabutan dengan tang atau pencabutan gigi dengan
pembedahan berlangsung internal, yaitu meluas sepanjang dataran fasial atau
periosteum. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon (terbentuknya tekanan
ekstravaskular local dari tampon), pembekuan atau keduanya. Hematom biasanya
bermula sebagai pembengkakan rongga mulut atau fasial atau keduanya, yang
sering berwarna merah atau ekhimotik. Dengan berjalannya waktu akan berubah
menjadi noda memar berwarna biru dan hitam.
II.10. Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi
Dapat berupa:4
- Primer – terjadi sewaktu
pencabutan.
- Reaksioner – terjadi jika
arteriole membesar sewaktu efek adrenalin dalam anastesi local hilang.
- Sekunder – sebagai akibat
dari infeksi. Hanya infeksi virulen yang menyebabkan perdarahan dalam
waktu 24 jam setelah pencabutan gigi. Soket yang tidak infeksi biasanya
tidak mengalami pendarahan selama 48 jam.
Atau mungkin ada
faktor-faktor lokal yang lain, seperti :4
- Peradangan gingival yang
sudah ada akan menyebabkan pasokan darah meningkat pada pembuluh yang
membesar.
- Gingiva terkoyak.
Pembuluh yang terkoyak tidak bisa mengecil dan retraksi.
- Fraktur processus
alveolar (tuberositas). Sebagian disebabkan oleh koyaknya pembuluh darah,
dan sebagian lagi disebabkan mobilitas pada bagian yang fraktur.
- Fraktur rahang (jarang).
- Tumor yang tidak dikenal
(sangat jarang).
Perdarahan adalah salah satu komplikasi pencabutan yang harus diperhatikan
oleh dokter gigi ketika melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu, pencegahan
perdarahan sangat perlu untuk dikuasai oleh seorang dokter gigi. Dalam hal ini
pasien harus dianamnesis terlebih dahulu apakah pada pencabutan sebelumnya
pernah terjadi perdarahan. Jika ada sejarah perdarahan post ekstraksi yang
ditemukan, maka sangat penting untuk memastikan dalam berapa lama perdarahan
terjadi dan bagaimana menghentikan perdarahan. 6
BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter
gigi harus bisa menganamnesis dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat
penyakit atau riwayat pendarahan sebelaum melakukan pencabutan gigi serta
perlunya penanganan awal seorang dokter gigi, yaitu:
· Periksa tekanan
darah
· Periksa laporan
darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
· Jika memakai
aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
· Berikan riwayat
kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan dilakukan.
Jika pasien
memiliki riwayat pendarahan setelah pencabutan, sangatlah bijaksana untuk
membatasi jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama, melakuka
penjahitan pada jaringan lunak, dan mengamati perkembangan pasca bedah.
III.1. Perdarahan Pasca Pencabutan
Apabila terjadi
perdarahan, maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengontrol
perdarahan :
·
Tekanan adalah
tindakan segera,baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak langsung dengan
perban.
·
Menutupnya
dengan sepon kasa atau Gelfoam bertekanan
·
Klem atau
pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh darah
·
Klip hemostatik,
digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh yang sulit diikat.
·
Elektrokauterisasi,
untuk pendarahan dari pembuluh yang kecil atau rembesan
Bahan-bahan
hemostatik:
·
Spon gelatine penyerap
(Gelfoam) yang menyerap darah dengan aksi kapiler dan menimbulkan beku darah.
·
Selulosa yang
dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat pembekuan darah.
·
Haemostat
kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu agregasi platelet.
·
Thrombin hewan
topical (trombinar, thrombostat) yang membekukan fibrinogen dengan segera.
Jika terjadi perdarahan, maka ada beberapa golongan obat-obatan yang perlu
untuk diingat dan diperhatikan, antara lain :
- Antikoagulan. Beberapa
pasien menggunakan obat antikoagulan karena berbagai alas an; pada wanita
muda untuk thrombosis vena dalam yang berulang, pria usia pertengahan
untuk infark miokardium atau penggantian katup jantung, orang tua untuk
menghindari stroke. Periksa riwayatnya.
- Aspirin adalah antikoagulan
ringan. Beberapa pasien mendapat dosis aspirin yang teratur untuk
mengurangi agregasi platelet dan menghindari thrombosis. Dosis ini
demikian kecil sehingga tidak membuat perbedaan yang nyata pada pendarahan
dari lesi di dalam mulut. Contohnya, dosis besar yang diberikan pada
penderita arthritis rumatoid, akan memberikan efek yang nyata dalam
memperpanjang waktu bekuan. Pasien yang kesakitan bisa saja meminum dosis
yang lebih besar dari dosis yang disarankan, dan tidak menyadari kandungan
preparat analgesiknya. Periksa riwayat penyakit.
- Hemofilia atau penyakit
Crismas. Bila kondisi ini cukup parah sehingga menimbulkan perdarahan
spontan dari dalam mulut, pasien kemungkinan besar telah mengetahui bahwa
mereka menderita penyakit tersebut. Namun, bentuk yang ringan, dapat
disamarkan oleh perdarahan dari pencabutan gigi dan umumnya timbul berupa
perdarahan reaksioner.
- Kelainan darah. Leukimia
dan trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan spontan dari gingival
atau perdarahan yang membingungkan sehabis pencabutan gigi. Umumnya, ada
tanda-tanda lain dari penyakit ini dan jarang sekali pasien dating ke
dokter gigi tanpa mengetahui keberadaan penyakit ini. Walaupun demikian,
rembesan darah dari gingival yang terus menerus, sebaiknya dipertimbangkan
dengan serius dan semua tindakan bedah ditunda sampai kondisi medis pasien
yang sebenarnya diketahui.
- Pasien menjadi sangat
cemas karena mengalami perdarahan dalam mulut. Hal ini sendiri dapat
menaikkan tekanan darah dan membantu terjadinya perdarahan. Selain itu,
rasa cemas meningkatkan kadar fibrinolisin. Yang lebih penting lagi,
mencuci mulut berulang-ulang, gangguan dari lidah, atau pertemuan dengan
pasien atau kerabat yang mengalami perdarahan soket gigi dapat membuat
perdarahan sulit berhenti.
III.2. Penatalaksanaan Pasien yang Mengalami
Perdarahan
Tindakan local
adalah dasar dari seluruh perawatan pada perdarahan pasca pencabutan walaupun
terdapat penyebab sistemik. Segala usaha harus dilakukan untuk membuat kondisi
setempat yang ideal bagi proses pembekuan darah. Sebaiknya dipakai teknik
pencabutan yang hati-hati, tetapi walaupun sudah sangat berhati-hati tetap saja
bisa terjadi luka pada gingival.
Bereaksilah
dengan tenang dan percaya diri dan ambil alih situasi. Umumnya pasien sebaiknya
dipisahkan dari kerabat atau teman. Sebaiknya dudukkan pasien di kursi klinik
di bawah penerangan yang baik dengan bantuan dari asisten kompeten. Aspirator
harus selalu tersedia, bersama dengan seluruh instrument yang diperlukan
(contohnya, kaca mulut, ujung aspirator kecil, tang cabut, gunting jaringan,
penjepit jarum, dan benang yang kuat).
- Periksa luka itu – beri pasien
larutan kumur dan buang semua beku darah pada daerah perdarahan dengan
menggunakan aspirator.
- Letakkan kasa yang lembab
di atas luka dan minta pasien menekannya dengan cara menutup mulutnya.
Kasa tersebut haruslah terbuat dari bahan tenun dan dilipat agar ukurannya
tidak lebih dari dua kali ukuran gigi yang dicabut, sehingga memberi
tekanan pada tepi gingival. Masukkan kasa secara hati-hati di atas soket,
dan bila diperlukan, instruksikan pasien untuk menggigitnya selama 20
menit tanpa pemeriksaan selanjutnya. Jika perdarahan masih terjadi maka
kasa harus diganti. Jika perdarahan terus berlangsung, ulangi hal ini.
Jika berlanjut terus, maka lakukan:
· Infiltrasi sekeliling daerah soket dengan anastesi
local yang mengandung adrenalin, dan tunggu selama dua sampai tiga menit.
Sekarang dibutuhkan bantuan seorang asisten. Buang darah beku yang berlebihan
dan periksa tepi-tepi luka. Apabila perdarahan berasal dari luka koyak atau
insisi, eksisi tepi luka yang bergerak, atau yang pasokan darahnya meragukan (sianotik
dan dengan pedikel sempit). Buat jahitan yang dalam pada jaringan melalui
daerah yang koyak atau bagian yang diinsisi, tempat asal perdarahan, dan ikat
dengan kencang untuk menekan jaringan tersebut. Tarik mukosa melalui soket
dengan menggunakan matres horizontal, bilamana mungkin ikat jahitan dengan
kencang sampai jaringan gingival memutih. Letakkan kasa pada soket,
instruksikan pasien untuk memberikan tekanan selama 5 menit dan periksa kembali
luka tersebut.
· Tutupi soket dengan kasa. Baik apakah anastesi local
masih efektif atau tidak, infiltrasikan anastesi local yang mengandung
adrenalin di sekeliling tepi-tepi luka sekali lagi. Buka jahitan dan ganti,
tetapi jangan disimpul. Suatu cara yang cukup membantu adalah dengan mengaitkan
benang jahitan melewati soket ke gigi di dekatnya sehingga bisa ditempatkan
kasa pada soket. Kasa dapat terbuat dari bahan yang bisa diserap maupun tidak,
dengan konsistensi yang dapat ditekankan ke luka, misalnya surgicel atau kasa
ribbon yang tidak diserap yang direndam dalam varnish white head. Jangan
gunakan sponge yang bisa diserap. Lepaskan ikatan benang pada gigi tetangga dan
tempatkan di atas kasa. Ikat jahitan tersebut.
Hanya sedikit
dokter gigi yang tidak berhasil melakukan hal ini. Jika mukosa luka sangat
parah, mungkin disertai dengan kerusakan pada tepi-tepi soket, lakukan hal
seperti di atas tetapi tempatkan jahitan jauh dari soket dan letakkan 2-3 lapis
surgicel pada soket. Luka distabilisasikan oleh bentangan benang jahit yang
menyilang dari jahitan itu.
Pada kasus yang
sangat jarang, yaitu jika titik perdarahan yang bisa dilihat, jahit kembali
dengan jahitan kecil atau dengan pola seperti angka delapan. Bila tahap
terakhir akan dilaksanakan pertimbangkan untuk memberikan obat penenang pada
pasien. Pada bedah mulut, diazepam 5-10 mg atau temazepam 10 mg sudah cukup,
walaupun pasien yang sangat gugup membutuhkan dosis sampai 3 kali lipat.
Diazepam akan diberikan secara intramuscular atau intravena 5-10 mg asalkan
pasien tidak mempunyai penyakit pernapasan bagian atas. Sebagai pilihan lain
adalah midazolam 5-10 mg. Semua pasien yang menerima obat penenang harus
ditemani, dan tidak boleh mengendarai mobil, menjalankan mesin, atau memakai
peralatan dapur selama 24 jam.
BAB IV
PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum
mengadakan suatu tindakan terhadap pasien harus selalu dicurigai mengenai akan
terjadinya komplikasi pendarahan. Seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis
dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat
pendarahan sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal
seorang dokter gigi, yaitu:
a. Periksa tekanan
darah
b. Periksa laporan
darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
c. Jika memakai
aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
d. Berikan riwayat
kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan dilakukan
2. Pendarahan pasca
ekstraksi gigi dapat berupa : pedarahan primer, sekunder, dan reaksioner.
3. Bila terjadi
perdarahan, seorang dokter gigi harus bisa bertindak dengan benar,
mempertimbangkan keadaan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perdarahan
yang banyak dengan menggunakan tindakan sebagai berikut: tutup luka dengan
menggunakan perban atau kain, jepit dengan haemostat atau klem, tutup luka
dengan gelfoam yang menyerap perdarahan,dan berikan tindakan penjahitan bila
diperlukan
IV. 2. Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi
gigi sederhana bisa saja mengahadapi kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena
itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan dan cara menanggulanginya menjadi
suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi seperti di atas.