SELAMAT DATANG DI BLOG DOKTER GAUL

TERIMA KASIH TELAH MAU BERKUNJUNG

Senin, 16 Maret 2015

KUMPULAN JUDUL SKRIPSI KTI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dengan Upaya Ibu Merawat Kesehatan Gigi Pada Anak Usia Prasekolah di TK-Ghifari
Ririn Muthia Zukhra » Universitas Riau
http://digilib.unri.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=49860
2. Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak Sekolah Dasar
Nofalia, Marina » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27931
3. Penyuluhan Kesehatan Gigi Pada Anak
Lasrina E. Tambun » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8552
4. Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut
Kristina Imelda Sitorus » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8351
5. PERANCANGAN media pengetahuan kesehatan gigi untuk anak
Gilang Sugih Ginanjar; NIM : 51900079 » Universitas Komputer Indonesia
Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri 060880 Dan 060890 Kecamatan Medan Polonia Tahun 2009
Nasution, Devi » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19501
6. Upaya peningkatan pengetahuan tenaga kontrak kerja BP. Gigi dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Dinas Kesehatan Gigi Kodya DT II Bandung tahun 1997.
Ellen Latjeno Saboe » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78978
7. Pengembangan dan Perancangan Produk Sikat Gigi
;Dewi, Dyah Hapsari;Triyanti, Vivi; » Universitas Katolik Atma Jaya
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=78643
8. Perubahan Manajemen Dalam Menghadapi Krisis Moneter dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Gigi
Cahaya Purnama Sari » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8365
9. Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid
Lilik Rosdewati » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6908
10. Kepuasan Karyawan Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut di RS PT Pupuk Iskandar Muda
Maya Renintha YH. » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27603
11. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Simbolon, Ristoria » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29065
12. Hubungan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Citra Positif Pt.pertamina (persero)di Daerah Malingping Lebak; Banten
Ahmad Hardiyan » UPN Veteran Jakarta
http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2100
13. Hubungan pengetahuan, sikap ibu tentang kesehatan gigi dengan praktek pemeliharaan kesehatan gigi dan prevalensi karies gigi : Studi pada anak Taman Kanak Kanak di Kecamatan Senen Jakarta Pusat tahun 1989
Ednawati Masrif » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82783
14. Hubungan tingkat pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut dengan perilaku menggosok gigi pada siswa kelas iv-v di sd n 01 pagi Cilandak Timur Jakarta Selatan
Putu Sri Utari » UPN Veteran Jakarta
http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=5531
15. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Perilaku Menggosok Gigi Di Sdn Pondok Labu 04 Pagi Jakarta Selatan
Desak Made Ari Dwi Jayanti » UPN Veteran Jakarta
http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2918
16. Dokter Gigi Sebagai Manejer Kesehatan di Puskesmas
Pintauli, Sondang » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1162
17. Peranan Pasta Gigi Herbal Terhadap Kesehatan Jaringan Periodonsium
Armi, Riza » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26604
18. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Poliklinik Gigi Kantor Pusat oleh Karyawan Pertamina Kantor Pusat yang Sudah Menjalani Pemeriksaan Gigi Berkala pada Tahun 1987
Suryadi Surja Atmadja » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82996
19. Perancangan Media Informasi Kesehatan Gigi Bagi Remaja Melalui Web Site
DEVIT TRI SUTEDJO; NIM 52104029 » Universitas Komputer Indonesia
Korelasi jumlah kehilangan gigi posterior dengan perubahan lengkung oklusal (berdasarkan nilai ekstrusi gigi antagonis)
Tiarma Talenta Theresia » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125370
20. Perbandingan Efek Antibakterial Ekstrak Buah Cacao (theobroma Caccao) Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Streptococcus Mutants
MARSABAN, MARSABAN » Universitas Diponegoro
http://eprints.undip.ac.id/22410/
21. Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi Dan Status Kesehatan Gigi Anak Pada SD Islam Namira Dan SDN 060919
Adeputri, Mouna Ixora » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23642
22. Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut
Sitorus, Kristina Imelda » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17790
23. Faktor-faktor penentu dalam pencapaian pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kota Bogor (studi di Puskesmas Kota Bogor yang mencapai dan tidak mencapai target kunjungan)
Dede Rukasa » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=85494
24. Pengaruh pemakaian gigi tiruan lepas resin akrilik terhadap akumulasi plak pada gigi di sebelah sadel
Himawan Chandra » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82999
25. Sikap perhatian orang tua terhadap kesehatan mulut pada anak Prasekolah di Jakarta Timur
Sutji Nuraini » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71884
26. Pengetahuan, Sikap, Perilaku Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Mengenai Pemilihan Pasta Gigi Dikaitkan Dengan Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulutnya
Intan F Purba » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8222
27. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Yanti, Gema Nazri » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22993
28. Tingkat akumulasi plak gigi pada perempuan paskamenopause (penelitian klinis di wilayah Bekasi)
Made Widya Utami » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=126174
29. Pelaksanaan Program Upaya Kesehatan Gigi di Puskesmas Padang Bulan dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
Ritonga, Lenaria » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26830
30. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Pasar Minggu, Jakarta Selatan Ditinjau Dari Aspek Pengguna Jasa Pelayanan
Usman Sumantri » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=81100
31. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Dokter Gigi Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Jember
NASIHAH, KUNIN » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-nasihahkun-495
32. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Dokter Gigi Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Jember
NASIHAH, KUNIN » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-nasihahkun-495
33. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Dokter Gigi Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Jember
NASIHAH, KUNIN » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-nasihahkun-495
34. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Dokter Gigi Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Jember
NASIHAH, KUNIN » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-nasihahkun-495
35. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Menggosok Gigi Yang Baik (metode Demonstrasi) Terhadap Tindakan Menggosok Gigi Pada Siswa Kelas Iv Dan V Di Sd Pertiwi Padang
Safitri, Kiki Hardianasyah » Universitas Andalas
http://repository.unand.ac.id/14039/
36. Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Sdn Kleco Ii Kelas V Dan Vi Kecamatan Laweyan Surakarta
Kawuryan, Uji » Universitas Muhammadiyah Surakarta
http://etd.eprints.ums.ac.id/897/
37. Status kesehatan gigi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap UKGS percontohan dan UKGS program
Dahlia Nadeak » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=85491
38. Perancangan iklan layanan masyarakat tentang informasi pentingnya menyikat gigi bagi anak usia 6 - 12 tahun
Jessie Wijaya; » Universitas Kristen Petra
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2009/Cover.pdf
39. Hubungan perilaku ibu mengenai kesehatan gigi anak dengan Severe Early Childhood Caries anak 6-36 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Banu Bairavi. B » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22592
40. Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid SMU Di Kabupaten Langkat Tahun 2004
Rosdawati, Lilik » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6640
41. Peranan Ibu Terhadap Kesehatan Gigi Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2002
Rosdiana Tiurlan Simaremare » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14560
42. Status Kesehatan Gigi dan Masalah Kesehatan Gigi yang dikeluhkan Ibu-ibu Rumah Tangga Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas
Eka Wulandari » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8441
43. Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi, Mulut Pada Masa Kehamilan
Hasibuan, Sayuti » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1141
44. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Karies Dan Ohis Pada Anak SMP
Yusuf, Muhammad » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26920
45. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Puskesmas Wonodadi Di Kabupaten Blitar
AVIYUNI, HERA » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2007-aviyuniher-3705
46. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Puskesmas Wonodadi Di Kabupaten Blitar
AVIYUNI, HERA » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2007-aviyuniher-3705
47. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Puskesmas Wonodadi Di Kabupaten Blitar
AVIYUNI, HERA » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2007-aviyuniher-3705
48. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Puskesmas Wonodadi Di Kabupaten Blitar
AVIYUNI, HERA » Universitas Airlangga
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2007-aviyuniher-3705
49. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi balita di Universitas "Pembangunan Nasional Veteran" Jakarta tahun 2000
Ery Yuniastati » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=73086
50. Profil status kesehatan gigi mulut penderita systemic lupus erythematosus (SLE) di Yayasan Lupus Indonesia periode 13 November- 4 Desember 2008
Akrom Ibaad » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125167
51. asilitas perawatan gigi di Surabaya
Heidy Kartanegara; » Universitas Kristen Petra
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2009/Cover.pdf
52. Status kesehatan gingiva anak usia sekolah dasar menurut kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam hari (studi kasus di SDN Anyelir 1 Depok Jaya)
Reisa Siagian » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=127467
53. Kualitas Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Klinik Sekolah Pengatur Rawat Gigi Tanjungkarang, Tahun 1996
Harindra » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=80320
54. Peran Gnatologi Dalam Upaya Pemulihan Fungsi Sistem Pengunyahan
Daroewati Mardjono » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77474
55. Keselamatan Operator Pengguna Alat Sinar X Gigi Dalam Pelayanan Kesehatan Di Kota Medan
Irda Reienta Maela » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8570
56. Efektifitas Metode Bermain Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Kelas VI SD Islam An-Nizam
Mardhiah, Haqqy » Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22629
57. Hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan status maloklusi dengan kelas 1 pada siswa SDN Cisauk Usia 9-12 tahun
Merdiana Dwi Trasti » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=127470
58. Survei Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Dan Faktor-faktor Risikonya (studi Kasus Di Kecamatan Jatipuro Kab. Karanganyar)
SUPARTO, SUPARTO » Universitas Diponegoro
http://eprints.undip.ac.id/5052/
59. Perancangan permainan untuk menumbuhkan sikap peduli pada kesehatan gigi sejak dini bagi anak-anak usia 3-6 tahun
Kartika Sari Budi Mulja; » Universitas Kristen Petra
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2007/Cover.doc.pdf
60. Efektivitas pendidikan kesehatan gigi menggunakan metode ceramah disertai latihan menyikat gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan status kebersihan gigi mulut siswa usia 7-8 tahun: Kajian SD Negeri Buaran I dan SD Negeri Rawa Buntu I Kec
LUCIAWATY, Rina » Universitas Gajah Mada
Rumah Sakit Gigi Dan Mulut (rsgm) Di Bandung
ROYANI, AHMAD » Universitas Diponegoro
http://eprints.undip.ac.id/6651/
61. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja dokter gigi puskesmas Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
Azwan Anwar » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78602
62. Faktor - faktor yang berhubungan dengan performed treatment index pada murid Sekolah Dasar kelas 6 yang mendapat pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Tahap III, di Wilayah Jakarta Barat tahun 1998.
Made Rasmini » Universitas Indonesia
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77249
63. Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Etnomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis
--- » Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/opac/themes/bappenas4/detail.jsp?id=90879
64. Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium kesehatan, Epidemiolog kesehatan, Entomolog kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis
SEKRETARIAT NEGARA » Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/opac/themes/bappenas4/detail.jsp?id=88740

Minggu, 26 Januari 2014

SEL MAKHLUK HIDUP

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya

SEJARAH PENEMUAN SEL
Sel adalah unit terkecil dalam organisme hidup, baik dalam dunia tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Sel terdiri atas protoplasma, yaitu, isi sel yang terbungkus oleh suatu membran atau selaput sel.
Evolusi sains seringkali berada sejajar dengan penemuan peralatan yang memperluas indera manusia untuk bisa memasuki batas-batas baru. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalandengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke tujuh belas. Sehingga mikroskop sejak awal tidak dapat dipisahkan dengan sejarah penemuan sel, yang dijelaskan sebagai berikut:
  • Galileo Galilei (Awal Abad 17) dengan alat dua lensa menggambarkan struktur tipis dari mata serangga. Gallei sebenarnya bukan seorang biologiwan pertama yang mencatat hasil pengamatan biologi melalui mikroskop.
  • Robert Hook (1635-1703) melihat gambaran satu sayatan tipis gabus suatu kompertemen atau ruang-ruang disebut dengan nama Latin cellulae (ruangan kecil), asal mula nama sel.
  • Anton van Leeuwenhoek (24 Oktober 1632 – 26 Agustus 1723), menggunakan lensa-lensa untk melihat beragam spermatozoa, bakteri dan protista.
  • Robert Brown (1733-1858) pada tahun 1`820 merancang lensa yang dapat lebih fokus untuk mengamati sel. Titik buram yang selalu ada pada sel telur, sel polen, sel dari jaringan anggrek yang sedang tumbuh. Titik buram disebut sebagai nukleus.
  • Matias Jacob Schleiden pada tahun 1838 berpendapat bahwa ada hubungan yang erat antara nukleus dan perkembangan sel.
  • Teodor Schwan (1810-18830): Sel adalah bagian dari organisme

TEORI SEL
Sel ialah satu unit kehidupan. Semua benda hidup baik hewan atau tumbuhan disusun oleh sel. Sel-sel ini berkumpul dan bergabung dengan adanya bahan antara sel diantaranya untuk membentuk jaringan seperti otot, tulang rawan dan saraf.
Dalam keadaan tertentu beberapa jaringan bergabung dan membina organ seperti kelenjar, pembuluh darah, kulit dal lain-lain.
Di alam ini kita dapat membagi sel ke dalam dua kelompok, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan karyon. Pro, artinya sebelum dan kryon, artinya inti. Jadi sel prokariotiiik artiya ”sebelum inti”.
Ini mengandung pengertian bahwa sel prokariotik bukannya tanpa inti, melainkan memiliki materi genetik yang tersebar di dalam sitplasmanya. Eukariot dibangun dari kata Eu da Karyon.
Eu, berarti sungguh dan karyon berarti inti. Jadi sel eukariotik adalah sel-sel yang telah memiliki inti sel, atau sel yang memiliki materi inti yang terorganisasi dalam suatu selaput, sehingga inti selnya tampak jelas (Sumardi dan Marianti, 2007).
Telah diketahui bahwa semua organisme hidup di bumi sekarang berasal dari sel tunggal yang lahir 3.500 berjuta-juta tahun yang lalu. Sel purba ini digambarkan dengan suatu selaput di sebelah luar, salah satu peristiwa yang rumit yang memimpin penetapan hidup di atas bumi.
Molekul organik sederhana tersebut mungkin telah diproduksi dalam kondisi-kondisi yang memungkinkannya hidup dan lestari di bumi dalam status awal hidpunya (kira-kira selama milyaran tahun pertamanya).

Sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:
Sel tumbuhan
Sel hewan
Sel bakteri
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan.
Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan.
Sel bakteri sangat kecil.
Mempunyai bentuk yang tetap.
Tidak mempunyai bentuk yang tetap.
Mempunyai bentuk yang tetap.
Mempunyai dinding sel [cell wall] dari selulosa.
Tidak mempunyai dinding sel [cell wall].
Mempunyai dinding sel [cell wall] dari lipoprotein.
Mempunyai plastida.
Tidak mempunyai plastida.
Tidak mempunyai plastida.
Mempunyai vakuola [vacuole] atau rongga sel yang besar.
Tidak mempunyai vakuola [vacuole], walaupun kadang-kadang sel beberapa hewan uniseluler memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan). Yang biasa dimiliki hewan adalah vesikel atau [vesicle].
Tidak mempunyai vakuola.
Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul) pati.
Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul) glikogen.
-
Tidak Mempunyai sentrosom [centrosome].
Mempunyai sentrosom [centrosome].
Tidak Mempunyai sentrosom [centrosome].
Tidak memiliki lisosom [lysosome].
Memiliki lisosom [lysosome].

Nukleus lebih kecil daripada vakuola.
Nukleus lebih besar daripada vesikel.
Tidak memiliki nukleus dalam arti sebenarnya.

Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan sel hewan dan tanaman

Secara umum, perbedaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Hewan
Tumbuhan
Terdapat sentriol
Tidak ada sentriol
Tidak ada pembentukan dinding sel
Terdapat sitokinesis dan pembentukan dinding sel
Ada kutub animal dan vegetal
Tidak ada perbedaan kutub embriogenik, yang ada semacam epigeal dan hipogeal
Jaringan sel hewan bergerak menjadi bentuk yang berbeda
Jaringan sel tumbuhan tumbuh menjadi bentuk yang berbeda
Terdapat proses gastrulasi
Terdapat proses histodiferensiasi
Tidak terdapat jaringan embrionik seumur hidup
Meristem sebagai jaringan embrionik seumur hidup
Terdapat batasan pertumbuhan (ukuran tubuh)
Tidak ada batasan pertumbuhan, kecuali kemampuan akar dalam hal menopang berat tubuh bagian atas
Apoptosis untuk perkembangan jaringan, melibatkan mitokondria dan caspase
Tidak ada "Apoptosis", yang ada lebih ke arah proteksi diri, tidak melibatkan mitokondria


Sel disebut sebagai unit struktural, unit fungsional terkecil dari makhluk hidup. Semua makhluk hidup dibumi ini disusun oleh satu sampai miliaran unit sel. Ukuran sel yang sangat mikroskopik, sehingga harus menggunakan alat bantu mikroskop untuk dapat mengamatinya.
Secara umum, sel dibagi menjadi dua yaitu:
 sel prokariotik
Sel prokariotik berati sel yang tidak memiliki membran inti atau karioteka. Organisme prokariotik misalnya adalah kelompok bakteri.
Kebanyakan sel prokariot mereproduksi melalui proses yang disebut pembelahan biner. Selama pembelahan biner, molekul DNA tunggal ulangan dan sel asli dibagi menjadi dua sel anak yang identik.
sel eukariotik
sel eukariotik sudah memiliki membran inti. Organisme eukariotik berasal dari kingdom animalia, plantae, fungi, dan protista.
Eukariota tumbuh dan berkembang biak melalui proses yang disebut mitosis. Dalam organisme yang juga bereproduksi secara seksual, sel-sel reproduksi yang diproduksi oleh suatu jenis pembelahan sel yang disebut meiosis
Kedua organisme eukariotik dan prokariotik mendapatkan energi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan mempertahankan fungsi sel normal melalui respirasi selular. Respirasi selular memiliki tiga tahap utama: glikolisis, siklus asam sitrat, dan transpor elektron. Pada eukariota, reaksi respirasi seluler yang paling terjadi dalam mitokondria. Dalam prokariota, mereka terjadi dalam sitoplasma dan / atau dalam membran sel.
Perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik


Struktur
Prokariotik
Eukariotik
Membran nukleus
Membran plastida
Nukleus
Plastida
Mitokondria
Badan Golgi
DNA
RNA
Histon
Pigmen
-
-
+
-
-
-
+
+
-
+
+
+
+
+/-
+
+
+
+
+
+

Keterangan: – (tidak ada); + (ada)

Struktur sel adalah suatu massa protoplasma yang dibatasi oleh suatu membran serta memiliki nukleus. Benda dapat dikatakan hidup jika mempunyai membran plasma, mengandung bahan-bahan genetika dan mampu melakukan proses sintesa protein.
Struktur sel terbagi atas tiga bagian, yaitu membran plasma, inti sel, dan sitoplasma. Pada sitoplasma terdapat berbagai macam organel sel yang memiliki peranan masing-masing.
A. MEMBRAN PLASMA
Membran plasma terdiri atas dua lapisan, yaitu:
1. Membran Sel
Memiliki ketebalan 5-10 nm. Membran sel tersusun atas lipoprotein (50% protein dan 50% lipid). Lipid yang menyusunnya terdiri atas fosfolipid (hidrofilik) dan sterol hidrofobik. Membran sel bersifat selektif permeabel yang artinya hanya dapat dilalui oleh air dan zat-zat yang terkandung di dalamnya.
·         Sebagai pelindung sel.
  Mengendalikan proses pertukaran zat ke luar dan ke dalam sel.
 Tempat terjadinya reaksi kimia.

2. Dinding Sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel tersusun atas senyawa selulosa, zat pektin, hemiselulosa, dan glikoprotein. Berperan sebagai pelindung organel-organel sel di dalamnya dan untuk mempertahankan bentuk sel.
SEL MEMILIKI BAGIAN-BAGIAN SEBAGAI BERIKUT
1. Membran Sel
Membran sel merupakan suatu membran fosfolipid bilayer yang membatasi sel dengan lingkungan luarnya. Membran sel memiliki fungsi antara lain
§  Mengontrol keluar masuknya zat dari luar ke dalam sel atau sebaliknya.
§  Sebagai reseptor atau penerima rangsang.
§  Sebagai pelindung agar isinya tidak keluar dari dalam sel.
Pada sel tumbuhan dan prokariotik, membran selnya berkembang menjadi kaku atau disebut dengan dinding sel. Fungsi dari dinding sel tersebut adalah sebagai pelindung serta penunjang sel.
2. Sitoplasma
Sitoplasma adalah ruang antara membran sel dan organel nukleus. Sitoplasma tersusun atas sistem larutan yang meliputi 90%air, senyawa organik terlarut, dan koloida atau bahan tidak larut. Di dalam sitoplasma terdapat organela-organela untuk menunjang fungsi sel.
3. Organela
Dalam melaksanakan fungsinya, sel dibantu oleh berbagai macam organela yang memiliki peran masing-masing.
a. Nukleus
Nukleus merupakan organela yang sangat penting. Karena di dalam nukleus terdapat materi genetik berupa DNA yang merupakan pembawa kode genetik. Nukleus merupakan organela yang dilindungi oleh membran inti atau karioteka. Jika organela ini tidak dilapisi oleh karioteka maka disebut dengan Nukleoid. Nukleoid dapat kita dijumpai pada bakteri.
b. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan sistem membran kompleks pada eukariotik yang tersusun secara tidak beraturan. Fungsinya adalah untuk mengatur keluar masuknya zat dari nukleus ke sitoplasma. Retikulum endoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu RE kasar yang memiliki ribosom dan RE halus yang tidak memiliki ribosom.
c. Ribosom
Ribosom adalah organela yang sangat kecil berukuran 20 nm. Tersusun dari protein dan RNA. Fungsi dari ribosom adalah sebagai tempat melekatnya RNA untuk translasi protein. Ribosom dapat ditemukan pada sitoplasma dan RE kasar.
d. Kompleks Golgi
Kompleks golgi, atau golgi aparatus, atau diktiosom adalah organela berbentuk mangkuk yang dapat ditemukan pada salah satu sisi nukleus. Kompleks golgi pada sel-sel kelenjar umumnya dapat berkembang baik. Hal tersebut terjadi karena kompleks golgi berperan dalam proses sekresi.
e. Mitokondria
Mitokondria adalah organela yang berfungsi sebagai tempat penghasilan energi dalam bentuk ATP. Jumlah mitokondria pada sel berbeda-beda tergantung pada jumlah energi yang dibutuhkan sel tersebut. Mitokondria memiliki struktur yang dilindungi oleh membran ganda, dan bagian dalamnya berlekuk-lekuk atau sering disebut krista. Diantara krista, terdapat ruangan yang disebut matriks. Didalam matriks biasanya terdapat enzim pernapasan, DNA, dan protein.
f. Plastida
Plastida adalah organela yang hanya dapat ditemukan pada sel tumbuhan. Menurut fungsinya, plastida dapat dibedakan menjadi tiga. Yang pertama adalah leukoplas, berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Kedua adalah kloroplas, yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis. Lalu Kromoplas yang memiliki pigmen warna non-fotosintetik.
g. Vakuola
Vakuola merupakan organel yang berbentuk rongga. Pada sel tumbuhan, vakuola dapat berkembang dengan sangat baik yang disebut sebagai vakuola tengah. Fungsi utama dari vakuola adalah menyeimbangkan tekanan turgor, menyimpan dan mencerna makanan.
h. Silia dan flagela
Silia merupakan struktur berbentuk rambut halus mikroskopik yang sering ditemukan pada organisme uniseluler. Fungsinya adalah sebagai alat pergerakan dan pelekatan.
Flagela adalah struktur yang menonjol dari membran plasma. Fungsinya hampir sama dengan silia, namun flagela memiliki kelebihan untuk bergerak ke segala arah. Flagela sering ditemukan pada Coelenterata, Protozoa, atau Porifera


B. NUKLEUS (lnti Sel)
Nukleus merupakan organel terbesar dalam sel, yaitu berukuran antara 10-20 nm. 
Fungsi inti sel, yaitu:
·         Mengendalikan proses metabolisme dalam tubuh.
        Tempat tersimpannya materi genetik dalam bentuk DNA/RNA.
      Sebagai tempat terjadinya replikasi dan transkripsi DNA

Komposisi nukleus terdiri atas tiga organel, yaitu:
·         Membran nukleus (karioteka).
Matriks (nukleoplasma), yaitu cairan inti yang tersusun atas zat protein inti (nukleoprotein).
Nukleolus (anak inti), di dalamnya banyak mengandung kromosom yang berfungsi untuk menentukan ciri sel, mengatur bentuk sel, dan menentukan generasi sel selanjutnya.

C. SITOPLASMA
Sitoplasma merupakan suatu cairan sel dengan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, yaitu makromolekul, mikromolekul, ion-ion, dan organel sel. Tiap-tiap organel pada sitoplasma memiliki struktur dan peran khusus, antara lain:
1. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel penghasil energi dalam sel yang tersusun atas fosfolipid dan protein. Terdiri atas dua lapisan, yaitu membran luar yang halus, membran dalam yang berlekuk-lekuk (krista), dan matriks mitokondria. Mitokondria berperan sebagai tempat terjadinya respirasi seluler dan menghasilkanATP.
2. Ribosom
Ribosom adalah organel terkecil dalam sitoplasma dengan ukuran 17-20 mikron. Tersusun atas protein dan RNA ribosomal (RNAr). Berperan dalam sintesis protein. Terdapat menyebar di sitoplasma dan ada yang menempel di REK.
3. Retikulum Endoplasma (RE)
Terdapat dua jenis retikulum endoplasma (RE), yaitu:
·         Retikulum endoplasma kasar (REK), pada permukaannya banyak ditempeli oleh ribosom (tempat sintesis protein). REK berfungsi sebagai transpor protein yang disintesis di dalam ribosom.

·         Retikulum endoplasma halus (REH), permukaannya tidak ditempeli oleh ribosom, dan menghasilkan enzim yang dapat mensintesis fosfolipid, glikolipid, dan steroid.
4. Badan golgi
Badan golgi merupakan sekumpulan kantung pipih yang bertumpuk dan tiap kantungnya dibatasi oleh membran saccula. Berperan aktif dalam proses sekresi, terutama pada sel-sel kelenjar. Menghasilkan lisosom dan membentuk dinding sel pada tumbuhan.
5. Lisosom
Lisosom banyak terdapat pada sel-sel darah terutama leukosit, limfosit, dan monosit. Berperan aktif dalam melakukan fungsi imunitas dengan mensintesis enzim-enzim hidrolitik untuk mencernakan bakteripatogen yang menyerang tubuh. Membantu menghancurkan sel yang luka atau mati dan menggantikannya dengan sel baru yang disebut autofagus.
6. Vakuola
Vakuola merupakan organel sitoplasmik yang berisi cairan dan dibatasi oleh selaput tipis (tonoplas). Pada sel hewan berukuran sedang dan pada sel tumbuhan berukuran besar. Berperan sebagai penyimpan cadangan makanan dan sisa metabolisme, pengatur tekanan turgor pada sel tumbuhan.
7. Plastida
Plastida merupakan organel spesifik yang hanya terdapat pada sel tumbuhan. Di dalam plastida terdapat zat pigmen. Berdasarkan pigmennya, plastida terbagi tiga jenis, yaitu:
Plastida berwarna, adalah kloroplas (mengandung klorofil atau zat hijau daun) dan kromoplas (mengandung karotenoid atau zat warna kuning, jingga, dan merah).
Plastida tak berwarna, adalah leukoplas yang berguna untuk menyimpan cadangan makanan.
8. Sentrosom
Sentrosom hanya dapat dijumpai pada sel hewan. Berbentuk bulat kecil dan terdapat di dekat inti. Berperan dalam proses pembelahan sel.
9. Badan mikro
Badan mikro terdiri atas dua jenis, yaitu peroksisom dan glioksisom. Peroksisom terdapat pada sel hewan yang mengeluarkan enzim katalase dan berfungsi untuk menguraikan senyawa hidrogen peroksida. Glioksisom berperan dalam mengubah lemak menjadi sukrosa.
 10.Kloroplas,
organel kecil berbentuk bulat yang berwarna hijau karena mengandung pigmen klorofil. Hanya terdapat di sel tumbuhan. Berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan energi dan bahan makanan tumbuhan.

Sabtu, 06 Juli 2013

Makalah Perdarahan Saat Mencabut Gigi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Komplikasi pencabutan gigi banyak jumlahnya dan bervariasi, serta beberapa di antaranya dapat terjadi meskipun sudah dilakukan tindakan sebaik mungkin. Respon pasien tertentu dapat dianggap normal sebagai kelanjutan yang normal dari suatu tindakan pembedahan, yaitui perdarahan, rasa sakit dan edema. Tetapi apabila berlebihan, perlu dipikirkan lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa ataukah komplikasi. Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah operasi, dan jauh sesudah operasi
Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena oleh dokter maupun pasien dianggap dapat mengancam kehidupan. Pasien dengan gangguan pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penhyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan
Pembedahan merupakan tindakan yang dapat mencetuskan perdarahan, untuk penderita dengan kondisi yang normal, perdarahan yang terjadi dapat mudah ditangani. Hal yang berbeda dapat terjadi apabila pasien mengalami gangguan sistem hemostasis, perdarahan yang hebat dapat terjadi dan sering mengancam kelangsungan hidupnya
Bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi kita dihadapkan dengan kelainan hemostasis ringan sehingga dalam evaluasi pra bedah tidak terdeteksi secara klinis. Kesulitan kemudian timbul setelah dilakukan pembedahan, terjadi perdarahan selama ataupun sesudah pembedahan sehingga dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karenanya kelainan hemostasis sekecil apapun sebaiknya diketahui sebelum tindakan bedah dikerjakan agar dapat dilakukan persiapan dan pencegahan sebelumnya.
I.2. Rumusan Masalah
1. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ekstraksi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post ekstraksi?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan post ektraksi?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ekstraksi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya perdarahan post ekstraksi.
3. Mengetahui penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan post ekstraksi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi pencabutan gigi1
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimanan pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang.
Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.
Seorang dokter gigi haruslah mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukannya merupakan suatu tindakan yang ideal. Untuk mencapai tujuan tersebut dan menghindari komplikasi yang mungkin timbul pada pencabutan gigi haruslah mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi.
II.2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi
Indikasi : 1
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang.
7. Untuk perawatan ortodonsi
8. Supernumerary teeth
9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau kerusakan.
10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.
Kontraindikasi : 1
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Pendarahan yang tidak diinginkan
3. Alergi pada anastesi local
4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol
5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan perawatan konservasi, endodontic dan sebagainya.
II.3. Definisi Darah dan Perdarahan1
Darah adalah cairan merah kental yang mengalir sepanjang jantung dan pembukuh darah, membawa bahan makanan dan oksigen ke semua jaringan tubuh dan produk buangan serta karbondioksida keluar dari jaringan.
Pendarahan adalah keluarnya darah dari saluran yang normal (arteri, vena, kapiler) ke dalam ruang ekstra vaskuler oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah.
II.4. Komponen-komponen Darah2
Darah tersusun atas beberapa elemen dan perubahan-perubahan dalam seluruh elemen-elemen tersebut harus diperhatikan. Komponen-komponen darah tersebut memperlihatkan perubahan fisiologi dan patologi atau keduanya yang merefleksi penyakit dalam system hemopoetik atau sebagai hasil penyakit pada tubuh lainnya Adapun komponen-komponen darah tersebut antara lain:
1. Plasma darah
2. Sel darah merah (eritrocyte)
3. Sel darah putih (leukocyte)
4. Keping-keping darah (trombocyte)
II.5. Faktor Koagulasi Darah2
Biasanya, koagulasi darah diterangkan terjadi dalam empat tahap. Tahap I disebutkan mengankut pembentukan tromboplastin, tahap II berhubungan dengan pembentukan thrombin dari tromboplastin, tahap III terdiri dari konversi fibrinogen menjadi fibrin, dan tahap IV mengangkut lisis gumpalan fibrin. Faktor-faktor koagulasi lainnnya mungkin terlibat, tetapi perannyatidak dipahami dengan baik dan tidak memberikan fungsi nyata dalam pola ini.
Oleh karena penemuan-penemuan baru dalam hematologi, proses koagulasi sekarang dapat dijelaskan lebih baik dengan memeperhatikan peranan kedua belas factor-faktor koagulasi yang diketahui. Setiap factor umumnya dituliskan dengan angka romawi dengan pengecualian pada protrombin dan fibrinogen.
Faktor-faktor koagulasi darah lainnya:2
a. Fletcher factor
Faktor ini merupakan suatu glikoprotein yang identik dengan prekalikrein. Factor XIIa mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein. Sebaliknya, kalikrein berfungsi sebagai umpan-balik yang positif bagi percepatan aktivasi F.XII
b. William factor (Fitzgerald factor)
Faktor ini juga suatu glikoprotein dan dibutuhkan sebagai ko-faktor dalam penyempurnaan proses aktivasi prekalikrein oleh F. XIIa.
c. Von Willebrand factor (cWF)
Factor ini merupakan sub unit dari F.VIII yang akivitasnya diperlukan oleh trombosit dalam proses adhesi.
II.6. Klasifikasi Perdarahan2
1. Menurut pembuluh darah yang terluka
· Pendarahan arterial : pendarahan dari pembuluh arteri. Tanda : warna darah merah terang. Darah keluar dengan menyemprot dengan aliran yang intermitten, sesuai dengan denyut jantung.
· Pendarahan vena, pendarahan dari pembuluh darah vena. Tanda : darah mengalir dengan aliran yang tetap. Warna darah merah gelap.
· Pendarahan kapiler, ialah pendarahan dari pembuluh adarah kapiler. Tanda : keluarnya darah merembes dari permukaan
2. Menurut waktu terjadinya pendarahan
· Pendarahan primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam pendarahan primer darah tidak berhenti setelah 4 -5 menit sesudah operasi selesai.
· Pendarahan intermediet, terjadi pdalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau setalah operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan turun karena semisyok. Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan membaiknya pasien, inilah yang disebut pendarahan intermediet atau rekuren.
· Pendarahan sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa hari setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan pembekuan darah terbongkar diikuti infeksi.
3. Menurut lokasinya
· Pendarahan eksternal, keluar darah dari kulit atau jaringan lunak di bawahnya. Disebut pendarahan tampak.
· Pendarahan internal, darah yang keluar dan masuk ke dalam jaringan. Disebut pendarahan yang tidak tampak.
4. Menurut sebab-sebab terjadinya pendarahan
Penyebab dari pendarahan yang tidak normal bisa terjadi karena mekanik atau biokemis.
· Pendarahan mekanik
· Pendarah spontan atau pendarahan biokemis adalah pendarahan yang terjadi akibat kelainan atau gangguan mekanisme hemostatis, karena tidak normalnya elemen darah atau system vascular yang dapat mencegah terjadinya pembuluh darah yang normal. Kelainan ini dapat terjadi pada :
a. Pembuluh darahnya (vascular)
b. Trombosit (jumlah dan fungsinya)
c. Mekanisme pembekuan darah
d. Gangguan pembekuan darah
Pendarahan terjadi karena dari dinding pembuluh darah. Sehingga dengan adanya tekanan intravaskuler atau ekstravaskuler yang lebih besar dibandingkan dengan retensi didnding pembuluh darah. Factor penyebab :2
a. Faktor congenital.
b. Kelainan trombosit
c. Pendarahan oleh gangguan pembekuan
Perkiraan kecenderungan perdarahan adalah dengan menguasai berbagai macam bahaya perdarahan sebelum melakukan tindakan pemudahan. Seorang operator harus mengetahui riwayat kesehatan dan perawatan pasien atau apakah ada anggota keuarga yang mepunyai kecenderungan pendarahan seperti mimisan. Selain itu sebelum melakukan tindakan pembedahan harus diketahui apakah pasien sudah mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup. Apabila pasien tidak memiliki asupan gizi yang cukup maka operator harus mengintruksikan pada pasien untuk mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. 5
Untuk memperkirakan waktu perdarahan dapat diambil contoh darah dari jari pasien dengan menggunakan Lanset. Darah harus keluar dengan bebas tanpa ditekan. Setelah setengah menit, darah yang keluar dihapus dengan kertas filter dan sebisa mungkin tidak menyentuh kulit. Waktu perdarahan normal biasanya antara 1- 2 menit.5
II.7. Faktor Pembekuan Darah3
Faktor
Peranan pada Pembekuan Darah
Tes
I. Fibrinogen
Prekursor fibrin
PT
II. Protrombin
Proenzim diaktifkan oleh tromboplastin
PT
III. Tromboplastin
Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi thrombin
-
IV. Kalsium
Diperlukan pada semua tahap
PT
V. Proaccelerin
Prlukan untuk pembentukan tromboplastin
PT
VI. Tidak lagi digunakan
-
-
VII. Proconvertin
Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi thrombin
PT
VIII. Faktor anti hemofilik (AHF)
Diperlukan untuk pembentuknan tromboplastin
PTT
IX. Komponen plasma trombo plastin
Diperlukan untuk pembentukan tromboplastin
PTT
X. Faktor Stuart-prower
Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin dan perubahan dari protrombin menjadi trombin
PT
XI. Anteseden tromplastin plasma
Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin
PTT
XII. Faktor Hageman
Mengawali proses pembekuan darah in-vitro
PTT
XIII. Faktor stabilisasi fibrin
Mengubah fibrin menjadi polimer fibrin
PTT
Ada dua reaksi kimia yang terlibat dalam proses pembekuan darah yaitu:
1. Prothrombin + Thromboplastin + Kalsium = Thrombin
2. Thrombin + Fibrinogen = Fibrin
Fibrin tidak larut dalam air sehingga dapat menahan aliran darah. Hal ini dapat dilihat dari reaksi di atas yang melibatkan empat komposisi yang esensial untuk mekanisme pembekuan: (1) Prothrombin,(2) Thromboplastin,(3) Kalsium dan (4) Fibrinogen.5
II.8. Kontrol Lokal untuk Perdarahan
Suction dan penerangan yang baik merupakan persyaratan utama bagi control local untuk perdarahan. Apabila bagian yang mengalami perdarahan sudah ditemukan, lakukan anastetesi local supaya perawatan tidak menyakitkan. Bekuan darah yang ada dibersihkan dan bagian tersebut dikeringkan dan diperiksa. Apabioa perdarahan berasal dari dinding tulang, maka alveolus diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau sponge kolagen mikrofibrilar. 3
Sebelum melakukan prosedur pembedahan oral, sangat penting untuk memahami berbagai faktor yang berpengaruh di dalam mengontrol perdarahan. Tubuh manusia sendiri memiliki beberapa mekanisme untuk mengontrol perdarahan. Ketika dilakukan pemotongan maka pembuluh kapiler yang kecil cenderung untuk berkontraksi sehingga menutup aliran darah. Kemampuan darah untuk mengalami koagulasi adalah faktor yang sangat penting,sehingga bekuan darah dapat menyumbat ujung pembuluh yang dipotong. Efek faso kontriksi seperti adrenalin,suprarenin,atau epinefrin atau faso kontriktor yang lain berpengaruh dengan proses pembukuan darah. 5
II.9. Hematom3
Hematom adalah perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Kadang-kadang perdarahan sesudah pencabutan dengan tang atau pencabutan gigi dengan pembedahan berlangsung internal, yaitu meluas sepanjang dataran fasial atau periosteum. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon (terbentuknya tekanan ekstravaskular local dari tampon), pembekuan atau keduanya. Hematom biasanya bermula sebagai pembengkakan rongga mulut atau fasial atau keduanya, yang sering berwarna merah atau ekhimotik. Dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi noda memar berwarna biru dan hitam.
II.10. Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi
Dapat berupa:4
  1. Primer – terjadi sewaktu pencabutan.
  2. Reaksioner – terjadi jika arteriole membesar sewaktu efek adrenalin dalam anastesi local hilang.
  3. Sekunder – sebagai akibat dari infeksi. Hanya infeksi virulen yang menyebabkan perdarahan dalam waktu 24 jam setelah pencabutan gigi. Soket yang tidak infeksi biasanya tidak mengalami pendarahan selama 48 jam.
Atau mungkin ada faktor-faktor lokal yang lain, seperti :4
  1. Peradangan gingival yang sudah ada akan menyebabkan pasokan darah meningkat pada pembuluh yang membesar.
  2. Gingiva terkoyak. Pembuluh yang terkoyak tidak bisa mengecil dan retraksi.
  3. Fraktur processus alveolar (tuberositas). Sebagian disebabkan oleh koyaknya pembuluh darah, dan sebagian lagi disebabkan mobilitas pada bagian yang fraktur.
  4. Fraktur rahang (jarang).
  5. Tumor yang tidak dikenal (sangat jarang).
Perdarahan adalah salah satu komplikasi pencabutan yang harus diperhatikan oleh dokter gigi ketika melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu, pencegahan perdarahan sangat perlu untuk dikuasai oleh seorang dokter gigi. Dalam hal ini pasien harus dianamnesis terlebih dahulu apakah pada pencabutan sebelumnya pernah terjadi perdarahan. Jika ada sejarah perdarahan post ekstraksi yang ditemukan, maka sangat penting untuk memastikan dalam berapa lama perdarahan terjadi dan bagaimana menghentikan perdarahan. 6



BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat pendarahan sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang dokter gigi, yaitu:
· Periksa tekanan darah
· Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
· Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
· Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan dilakukan.
Jika pasien memiliki riwayat pendarahan setelah pencabutan, sangatlah bijaksana untuk membatasi jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama, melakuka penjahitan pada jaringan lunak, dan mengamati perkembangan pasca bedah.
III.1. Perdarahan Pasca Pencabutan
Apabila terjadi perdarahan, maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengontrol perdarahan :
·         Tekanan adalah tindakan segera,baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak langsung dengan perban.
·         Menutupnya dengan sepon kasa atau Gelfoam bertekanan
·         Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh darah
·         Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh yang sulit diikat.
·         Elektrokauterisasi, untuk pendarahan dari pembuluh yang kecil atau rembesan
Bahan-bahan hemostatik:
·         Spon gelatine penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dengan aksi kapiler dan menimbulkan beku darah.
·         Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat pembekuan darah.

·         Haemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu agregasi platelet.

·         Thrombin hewan topical (trombinar, thrombostat) yang membekukan fibrinogen dengan segera.
Jika terjadi perdarahan, maka ada beberapa golongan obat-obatan yang perlu untuk diingat dan diperhatikan, antara lain :
  1. Antikoagulan. Beberapa pasien menggunakan obat antikoagulan karena berbagai alas an; pada wanita muda untuk thrombosis vena dalam yang berulang, pria usia pertengahan untuk infark miokardium atau penggantian katup jantung, orang tua untuk menghindari stroke. Periksa riwayatnya.
  2. Aspirin adalah antikoagulan ringan. Beberapa pasien mendapat dosis aspirin yang teratur untuk mengurangi agregasi platelet dan menghindari thrombosis. Dosis ini demikian kecil sehingga tidak membuat perbedaan yang nyata pada pendarahan dari lesi di dalam mulut. Contohnya, dosis besar yang diberikan pada penderita arthritis rumatoid, akan memberikan efek yang nyata dalam memperpanjang waktu bekuan. Pasien yang kesakitan bisa saja meminum dosis yang lebih besar dari dosis yang disarankan, dan tidak menyadari kandungan preparat analgesiknya. Periksa riwayat penyakit.
  3. Hemofilia atau penyakit Crismas. Bila kondisi ini cukup parah sehingga menimbulkan perdarahan spontan dari dalam mulut, pasien kemungkinan besar telah mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Namun, bentuk yang ringan, dapat disamarkan oleh perdarahan dari pencabutan gigi dan umumnya timbul berupa perdarahan reaksioner.
  4. Kelainan darah. Leukimia dan trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan spontan dari gingival atau perdarahan yang membingungkan sehabis pencabutan gigi. Umumnya, ada tanda-tanda lain dari penyakit ini dan jarang sekali pasien dating ke dokter gigi tanpa mengetahui keberadaan penyakit ini. Walaupun demikian, rembesan darah dari gingival yang terus menerus, sebaiknya dipertimbangkan dengan serius dan semua tindakan bedah ditunda sampai kondisi medis pasien yang sebenarnya diketahui.
  5. Pasien menjadi sangat cemas karena mengalami perdarahan dalam mulut. Hal ini sendiri dapat menaikkan tekanan darah dan membantu terjadinya perdarahan. Selain itu, rasa cemas meningkatkan kadar fibrinolisin. Yang lebih penting lagi, mencuci mulut berulang-ulang, gangguan dari lidah, atau pertemuan dengan pasien atau kerabat yang mengalami perdarahan soket gigi dapat membuat perdarahan sulit berhenti.
III.2. Penatalaksanaan Pasien yang Mengalami Perdarahan
Tindakan local adalah dasar dari seluruh perawatan pada perdarahan pasca pencabutan walaupun terdapat penyebab sistemik. Segala usaha harus dilakukan untuk membuat kondisi setempat yang ideal bagi proses pembekuan darah. Sebaiknya dipakai teknik pencabutan yang hati-hati, tetapi walaupun sudah sangat berhati-hati tetap saja bisa terjadi luka pada gingival.
Bereaksilah dengan tenang dan percaya diri dan ambil alih situasi. Umumnya pasien sebaiknya dipisahkan dari kerabat atau teman. Sebaiknya dudukkan pasien di kursi klinik di bawah penerangan yang baik dengan bantuan dari asisten kompeten. Aspirator harus selalu tersedia, bersama dengan seluruh instrument yang diperlukan (contohnya, kaca mulut, ujung aspirator kecil, tang cabut, gunting jaringan, penjepit jarum, dan benang yang kuat).
  1. Periksa luka itu – beri pasien larutan kumur dan buang semua beku darah pada daerah perdarahan dengan menggunakan aspirator.
  2. Letakkan kasa yang lembab di atas luka dan minta pasien menekannya dengan cara menutup mulutnya. Kasa tersebut haruslah terbuat dari bahan tenun dan dilipat agar ukurannya tidak lebih dari dua kali ukuran gigi yang dicabut, sehingga memberi tekanan pada tepi gingival. Masukkan kasa secara hati-hati di atas soket, dan bila diperlukan, instruksikan pasien untuk menggigitnya selama 20 menit tanpa pemeriksaan selanjutnya. Jika perdarahan masih terjadi maka kasa harus diganti. Jika perdarahan terus berlangsung, ulangi hal ini. Jika berlanjut terus, maka lakukan:
· Infiltrasi sekeliling daerah soket dengan anastesi local yang mengandung adrenalin, dan tunggu selama dua sampai tiga menit. Sekarang dibutuhkan bantuan seorang asisten. Buang darah beku yang berlebihan dan periksa tepi-tepi luka. Apabila perdarahan berasal dari luka koyak atau insisi, eksisi tepi luka yang bergerak, atau yang pasokan darahnya meragukan (sianotik dan dengan pedikel sempit). Buat jahitan yang dalam pada jaringan melalui daerah yang koyak atau bagian yang diinsisi, tempat asal perdarahan, dan ikat dengan kencang untuk menekan jaringan tersebut. Tarik mukosa melalui soket dengan menggunakan matres horizontal, bilamana mungkin ikat jahitan dengan kencang sampai jaringan gingival memutih. Letakkan kasa pada soket, instruksikan pasien untuk memberikan tekanan selama 5 menit dan periksa kembali luka tersebut.
· Tutupi soket dengan kasa. Baik apakah anastesi local masih efektif atau tidak, infiltrasikan anastesi local yang mengandung adrenalin di sekeliling tepi-tepi luka sekali lagi. Buka jahitan dan ganti, tetapi jangan disimpul. Suatu cara yang cukup membantu adalah dengan mengaitkan benang jahitan melewati soket ke gigi di dekatnya sehingga bisa ditempatkan kasa pada soket. Kasa dapat terbuat dari bahan yang bisa diserap maupun tidak, dengan konsistensi yang dapat ditekankan ke luka, misalnya surgicel atau kasa ribbon yang tidak diserap yang direndam dalam varnish white head. Jangan gunakan sponge yang bisa diserap. Lepaskan ikatan benang pada gigi tetangga dan tempatkan di atas kasa. Ikat jahitan tersebut.
Hanya sedikit dokter gigi yang tidak berhasil melakukan hal ini. Jika mukosa luka sangat parah, mungkin disertai dengan kerusakan pada tepi-tepi soket, lakukan hal seperti di atas tetapi tempatkan jahitan jauh dari soket dan letakkan 2-3 lapis surgicel pada soket. Luka distabilisasikan oleh bentangan benang jahit yang menyilang dari jahitan itu.
Pada kasus yang sangat jarang, yaitu jika titik perdarahan yang bisa dilihat, jahit kembali dengan jahitan kecil atau dengan pola seperti angka delapan. Bila tahap terakhir akan dilaksanakan pertimbangkan untuk memberikan obat penenang pada pasien. Pada bedah mulut, diazepam 5-10 mg atau temazepam 10 mg sudah cukup, walaupun pasien yang sangat gugup membutuhkan dosis sampai 3 kali lipat. Diazepam akan diberikan secara intramuscular atau intravena 5-10 mg asalkan pasien tidak mempunyai penyakit pernapasan bagian atas. Sebagai pilihan lain adalah midazolam 5-10 mg. Semua pasien yang menerima obat penenang harus ditemani, dan tidak boleh mengendarai mobil, menjalankan mesin, atau memakai peralatan dapur selama 24 jam.



BAB IV
PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum mengadakan suatu tindakan terhadap pasien harus selalu dicurigai mengenai akan terjadinya komplikasi pendarahan. Seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat pendarahan sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang dokter gigi, yaitu:
a. Periksa tekanan darah
b. Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
c. Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
d. Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan dilakukan
2. Pendarahan pasca ekstraksi gigi dapat berupa : pedarahan primer, sekunder, dan reaksioner.
3. Bila terjadi perdarahan, seorang dokter gigi harus bisa bertindak dengan benar, mempertimbangkan keadaan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perdarahan yang banyak dengan menggunakan tindakan sebagai berikut: tutup luka dengan menggunakan perban atau kain, jepit dengan haemostat atau klem, tutup luka dengan gelfoam yang menyerap perdarahan,dan berikan tindakan penjahitan bila diperlukan
IV. 2. Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja mengahadapi kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan dan cara menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi seperti di atas.